"Hasil ini menunjukkan bahwa virus P.1 mungkin lolos dari antibodi penetral yang diinduksi oleh CoronaVac," para peneliti di Universitas São Paulo di Brasil bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Amerika Serikat dan beberapa institusi lain mengatakan dalam makalah itu.
CoronaVac digunakan dalam program vaksinasi massal di negara-negara termasuk Cina, Brasil, Indonesia dan Turki.
Meskipun penelitian menunjukkan infeksi ulang dapat terjadi pada individu yang divaksinasi, perlindungan yang diberikan oleh CoronaVac terhadap Covid-19 yang parah dapat menunjukkan mekanisme lain dalam sistem kekebalan manusia, selain antibodi, juga dapat berkontribusi untuk mengurangi keparahan penyakit, kata para peneliti.
Seorang juru bicara Sinovac tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Tetapi Kepala eksekutif Yin Weidong berhasil dihubungi.
Ia mengatakan dalam program yang disiarkan oleh penyiar CGTN yang didukung pemerintah pada hari Kamis (04/03/2021) tentang dugaan ini.
Menurutnya, perusahaan "sepenuhnya mampu" menggunakan penelitian dan kapasitas produksi saat ini untuk mengembangkan vaksin baru terhadap varian yang muncul jika perlu.
Dia juga mengatakan prosesnya akan memakan waktu lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk mengembangkan CoronaVac.
(*)